Kisah Dibalik HUT ke-263 Yogyakarta

Admin 08 Oktober 2019 14:27:09 WIB

Ponjong (ponjong.desa.id)- Pemerintah Desa Ponjong mengucapkan Dirgahayu Kota Yogyakarta yang memperingati hari jadinya ke-263 tahun pada Senin (7/10/2019) satu hari yang lalu. Pemerinatah Desa Ponjong melalui Kepala Desa Ponjong Arif Al Fauzi berharap di umur yang ke 263 kota Yogyakarta akan semakin maju dan tidak meninggalkan ciri khasnya.

Ada hal menarik yang menjadi penentuan hari jadi kota Yogyakarta yang tidak bisa lepas dari kesatuan sejarah tentang berdirinya Kota Yogyakarta. Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Yogyakarta, berdirinya kota Yogyakarta bermula dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini ditandatangani oleh Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jenderal Jacob Mossel. Perjanjian Giyanti menyatakan Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Berdasarkan perjanjian tersebut, Surakarta kemudian dipimpin oleh Susuhunan Paku Buwono III. Sementara, Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar sebagai Sultan Hamengku Buwono I.

Rangkaian Kegiatan HUT Kota Yogyakarta Ke-263 Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Yogyakarta adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede. Selain itu, wilayah kekuasaan juga meliputi daerah "mancanegara" seperti Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartasura, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, dan Grobogan.

Melansir dari laman resmi Kraton Jogja, perjanjian ini mengatur tata cara berpakaian, adat istiadat, bahasa, gamelan, tari-tarian, dan lain-lain. 13 Maret 1755, Kasultanan Yogyakarta pun mengumandangkan proklamasi atau Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Ibu kota yang dipilih dari wilayah-wilayah yang dimiliki adalah Ngayogyakarta (Yogyakarta).

Kemudian, Sultan Hamengku Buwono memulai pembangunan Kraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1755. Saat pembangunan, Sri Sultan Hamengku Buwono I dan keluarga tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang. Sri Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarga secara resmi menempati Pesanggrahan Ambarketawang sejak 9 Oktober 1755. Pembangunan Keraton selesai satu tahun kemudian. Sri Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarga dan pengikutnya pun memasuki Kraton Yogyakarta pada 7 Oktober 1756.

Menurut penanggalan Tahun Jawa (TJ), peristiwa ini ditandai dengan sengkalan memet, yakni Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani. Melansir dari akun twitter @PemkotJogja, boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawang ke Kraton Yogyakarta inilah yang menjadi momentum dan menandakan lahirnya Kota Yogyakarta. Rangkaian Hari Ulang Tahun ke-263 Yogyakarta diisi dengan pentas seni, lomba foto dan video, festival kopi, garebeg pasar, hingga wayang pungkasan. Acara-acara tersebut diselenggarakan mulai 1-31 Oktober 2019 yang tersebar di berbagai lokasi di Kota Yogyakarta.

Dilansir dari laman Instagram @pemkotjoga bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta akan menggelar 23 rangkaian acara dalam menyemarakkan HUT ke-263 Kota Yogyakarta. Mulai 1 Oktober akan ada wiwitan yang berasal dari kata wiwit yang artinya memulai. Secara filosofis penanda dimulainya rangkaian acara yang cukup banyak dalam HUT Kota Yogya. Pada pembukaan yang digelar di Halaman Kantor Balaikota tersebut, juga dimeriahkan penampilan Jogja Symphony Orchestra. Pada acara tersebut akan ada dua gelaran acara yang berpotensi menarik banyak wisatawan yakni Malioboro Coffee Night pada 2 Oktober dan Wayang Jogja Night Carnival pada 7 Oktober mendatang.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar